Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Karya Agung Tri Bhuwana Panca Wali Krama di Pura Besakih

Karya Agung Tri Bhuwana Panca Wali Krama di Pura #Besakih, #Karangasem, 23 Maret 1993. Pura Agung Besakih sebagai pura terbesar di Bali dan di Indonesia, memiliki tatanan upacara tersendiri, berbeda dengan pura lain pada umumnya. Sangat banyak jenis upacara yang dilaksanakan di Pura Agung Besakih dari yang tingkatannya kecil yang bersifat rutin setiap enam bulan atau setahun, sampai yang sangat besar yang dilaksanakan dalam periode 10, 100 bahkan 1000 tahun sekali. Karya Agung di Besakih telah dilaksanakan beberapa kali, yang terakhir (abad ke-20) adalah berturut-turut tahun: 1933, 1960, 1963, 1978, 1979, 1989, 1999, 2009 dan 2014. Karya Agung Ekadasa Rudra yang diadakan tahun 1979 (tahun Saka 1900) merupakan karya yang tepat waktunya, sedangkan Karya Agung Ekadasa Rudra tahun 1963 (tahun Saka 1875), karena tidak tepat waktunya, dianggap sebagai karya "paneregteg", yaitu karya yang diadakan karena sudah lama tidak melaksanakannya. #sejarah#bali #sejarahbali www.sejarahbali.com foto : delcampe

Comments