Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Lima Hal yang Membuat Hindu adalah Hindu


Luasnya ajaran Hindu telah sejak lama membuat bingung para sejarawan barat dan para teolog, dengan keterbatasan eksplorasi hanya pada India dan model berpikir linear. Akibatnya, kita (dalam hal ini masyarakat India) yang telah lama mendapat "angin segar" bantuan dari Barat akhirnya menjadi bingung terhadap diri kita sendiri. Begitu banyak yang akhirnya menyatakan bahwa Hindu bukanlah suatu agama, namun sebuah jalan hidup atau "way of life". Atau, bahwa Hindu berarti menerima apa saja dan segalanya. Bahwa semua agama adalah "sama", dan seterusnya.

Hal ini memang tidak bisa lebih jauh dari kebenaran. Ya, Hindu memang sangat luas dan para umatnya juga menerima banyak "jalan". Namun, tidak berarti semua kebodohan dapat berada di bawah label Hindu tanpa dipertanyakan. Dan, bukan juga berarti Hindu hanya sebuah "sistem kepercayaan" lainnya. Hindu sesungguhnya adalah puncak dari ribuan pengamatan dan penelitian yang murni disajikan kepada kita tanpa motif atau kepentingan pribadi.

Pada artikel ini, penulis akan mencoba untuk mengangkat beberapa pemahaman dasar dari berbagai Sampradaya yang berada di bawah payung Hindu. Hal ini boleh jadi adalah penyederhanaan semata bagi mereka yang telah jauh menggali ke dalam lautan ajaran Hindu.

1. Karma : Reinkarnasi dan Kehidupan Setelah Kematian
Hampir semua cabang ajaran Hindu dan sebagian besar ajaran agama-agama timur percaya bahwa ada sesuatu dalam diri kita yang melampaui kematian dan "mengambil" tubuh lainnya. Ini adalah salah satu konsep yang membedakan Hindu dari ajaran agama Abrahamik yang percaya bahwa kita hanya hidup satu kali saja, dan di akhir hayat nanti kita bisa diberi imbalan atau dihukum untuk itu. Karma - topik yang sangat luas dan terdiri dari berbagai dimensi di dalamnya - jatuh sebagai akibat langsung dari fakta bahwa jiwa kita mengalami perjalanan dari satu tubuh ke tubuh lainnya, dengan "sebuah beban" yang dibawa dan akan terus memengaruhinya.

2. Moksha : Kelepasan dari Siklus Hidup dan Mati
Meskipun ajaran Hindu mendalilkan bahwa hidup adalah sebuah siklus dan tiap individu mengambil sejumlah siklus kelahiran tanpa akhir, Hindu juga mengajarkan bahwa siklus kelahiran-kematian ini dapat diakhiri. Konsep ini disebut Moksha atau Kelepasan/Kebebasan, dan adalah tujuan utama dari segala jenis penciptaan. Keadaan "kebebasan" ini ditandai dengan keabadian, kebebasan dan rasa senang - Sat (kebenaran), Chit (kesadaran), Ananda (kebahagiaan), dan sifat sejati kita yang ketuhanan (Godliness). Kemungkinan untuk mencapai keadaan kebertuhanan ini hanya sesuatu yang terdapat dalam ajaran Hindu (termasuk pula dalam ajaran Buddha, Jainism, dan lainnya yang masih serumpun).

3. Ada Banyak Jalan : Hak untuk Bertanya, Menginterpretasi, dan Mengalami Kebenaran itu sendiri
Hal mendasar lain yang menjadikan Hindu berbeda dari "one-book religion" adalah bahwa Hindu mengakui adanya banyak cara untuk mencapai kebenaran. Reg Veda menyatakan, "Kebenaran hanya satu, namun orang bijaksana (Brahmana) menyebutnya dengan banyak nama" - Ekam Sat Viprah Bahudha Vadanti. Sementara Veda dan Upanishad dianggap sebagai sumber dan sebagai kebenaran oleh semua tradisi Hindu, Hindu memberikan hak untuk berkomentar maupun menyoroti tiap bagian darinya. Veda sendiri telah melahirkan enam darshana - cara berpikir - yang kemudian melahirkan ribuan Sampradaya dengan praktek spiritual masing-masing, gaya hidup, kebiasaan, dan sebagainya, untuk membantu manusia mencapai Akhir. Hindu dapat dikatakan sebagai kelompok dari ribuan agama dan bukan sebuah agama tunggal. Mereka mungkin saja terlihat agak kontradiktif satu sama lain, namun tentu mereka berbagi asal-usul yang sama dan intensitas yang sama untuk mencapai akhir dan integritas tujuan. Ketika anda telah menerima bahwa ada banyak cara/jalan untuk mencapai kebenaran, maka andalah Hindu.

4. Awatara : Sang Ilahi dalam Wujud Manusia maupun Dewa yang Dipuja
Konsep Awatara merupakan konsep unik dalam Hindu yang kita kenal hingga saat ini. Hal ini sebenarnya merupakan konsep utama dalam Hindu - bahwa Sang Ilahi yang tak termanifestasikan dapat mengambil wujud tertentu. Sementara ada 10 wujud inkarnasi Dewa Vishnu yang paling terkenal, ada banyak lagi contoh lain dalam Purana dimana Tuhan mengambil wujud sebagai manusia. Konsep ini merupakan salah satu dasar dari aspek paling mencolok dalam Hindu - pemujaan terhadap Dewa (Deity worship). Pemujaan terhadap para Dewa dalam Hindu lahir dari pengakuan terhadap fakta bahwa Sang Ilahi ada dalam wujud tertentu dan atribut-atribut keilahiannya yang bervariasi dapat dirayakan dan dipuja dalam nama suci dan wujud tertentu.

5. Festival dan Perayaan : Kehidupan Penuh Kasih dan Mengakui Dualitas Eksistensi
Dan akhirnya, Hindu adalah perayaan dari kehidupan dan eksistensi. Kita tidak dilahirkan sebagai pendosa, kita adalah anak-anak dari keabadian. Beragam perayaan yang tak terhitung dalam Hindu adalah pengakuan kebenaran ini. Hindu menerima dan merangkul dualitas eksistensi - sebanyak gelombang dan partikel sifat materi yang tercipta secara bersamaan. Bahkan ketika kita berusaha melepaskan diri dari kehidupan, yang mana adalah sebuah ikatan, kita tetap merayakan kehidupan sebagai sebuah manifestasi dan karunia dari Sang Ilahi. Bahkan ketika kita berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Maya - atau ilusi - kita juga menyembahnya sebagai aspek dari Dewi Shakti. Kita memuja yang tak-termanifestasi - tak berwujud - sebagai Brahman Yang Utama, dan dalam waktu yang bersamaan juga memuja manifestasi Tuhan dalam bentuk arca serta dalam semua aspek ciptaan Tuhan. Ajaran Hindu tidak mengenal adanya setan. Penerimaan dari dualitas ini lah yang kemudian menjadi perbedaan terbesar antara ajaran Hindu dengan agama-agama lainnya dan mungkin juga hal ini lah yang membuat Hindu seolah-olah tampak membingungkan bagi orang-orang yang ingin menempatkannya dalam sebuah kotak.


• SUMBER •
5 Things that Make Hinduism Hinduism : http://hinduismnow.org/blog/2015/01/19/5-things-that-make-hinduism-hinduism/

Comments