Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Pemuda Bali, 1920an


Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang tersebar di penjuru Nusantara. Masing-masing suku memiliki watak dan karakter masing-masing. Dengan perbedaan ini bangsa Indonesia kaya akan kultur dan etnik, dari berbagai suku dan ras yang ada.

Orang Bali sendiri merupakan keturunan campuran antara orang Malay dan ciri-ciri Mongoloid, seperti juga halnya dengan orang Jawa, orang Sasak di Lombok, dan sebagian besar penduduk Indonesia. Tetapi, penelitian arkeologi menunjukkan ternyata orang Bali merupakan percampuran dari beberapa etnis lebih dari yang diperkirakan selama ini.

Bukti-bukti adanya kehidupan orang berciri Melanesia telah ditemukan dalam berbagai penggalian arkeologis di Bali, misalnya di Gilimanuk, Desa Petang yang terletak benar-benar di tengah Pulau Bali, di daerah Ubud, dan beberapa tempat di lingkungan Pejeng.

Petunjuk adanya etnis yang berciri Mongoloid juga sangat kuat yang dibuktikan dengan adanya pengaruh China baik dalam seni, kekeluargaan dan banyak aspek kehidupan lainnya.

Orang Bali bisa ditemukan ciri-ciri fisik yang beragam, mulai dari warna coklat gelap sampai yang sangat cerah, dari rambut yang keriting bundel, sampai rambut halus. Muka agak lonjong. Ukuran badan sebelum tahun 1970an dengan tinggi rata-rata 160 cm, dan sekarang ini telah mencapai rata-rata 170 cm. 

Ada juga sifat malas orang Bali yang paling menonjol diantaranya : malas untuk marah, malas menghujat, malas bikin keributan, malas menyambut artis. Di Jakarta, artis harus menyamar untuk menghindari histeria dan serbuan penggemar. Di Bali, mereka tidak perlu susah payah untuk menyamar.

Orang Bali memiliki karakter negatif dan positif. Karakter negatifnya antara lain belog polos, belog ajum, belog pengkung, irsya, tan kapirungu. Sedangkan, karakter positifnya antara lain jujur, seleg, jengah, tindih, beriuk saguluk. Dua karakter ini senantiasa mewarnai kehidupan orang Bali di mana saja.

• SUMBER •
www.sejarahbali.com
foto : kitlv
Artikel dari berbagai sumber

dikutip dari Instagram SejarahBali : https://www.instagram.com/p/BBm6k2pghQI/

Comments