Inilah hasil Pesamuhan Agung (rapat) yang digelar Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Senin (1/2), terkait spekulasi upacara Tawur Agung Kasanga rangkaian hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938.
DENPASAR, NusaBali
Berdasarkan keputusan pesamuhan, upacara Tawur Agung Kasanga tetap dilaksananan seperti biasa, meskipun bertepatan dengan Uncal Balung, yakni rentang waktu 35 hari mulai Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan (10 Februari 2016) sampai Buda Kliwon Paang (16 Maret 2016).
Pesamuhan Agung yang digelar di Kantor PHDI Bali, Jalan Ratna Denpasar, Senin kemarin, melibatkan seluruh perwakilan PHDI Kabupaten/Kota se-Bali, para sulinggih, Paruman Pandita, Paruman Walaka, Ahli Wariga, Kanwil Agama Hindu, Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten/Kota se-Bali, perwakilan Otoritas Pura Besakih, serta perwakilan masing-masing pimpinan daerah.
Hasil dari Pesamuhan Agung PHDI Bali tersebut dituangkan melalui Surat Keputusan Nomor 2/TUS/PHDI Bali/I/2016, yang bakal diedarkan ke seluruh pelosok Bali hingga tingkat banjar. Bahkan, juga akan diedarkan ke luar Provinsi Bali khususnya di daerah yang melaksanakan Nyepi Tahun Baru Saka 1938.
Setidaknya, ada enam poin keputusan yang dihasilkan dalam Pesamuhan Agung PHDI kemarin. Pertama, rangkaian pelaksanaan Nyepi mulai dari ritual melasti, hingga Tawur Agung Kasanga baik di Pura Besakih, tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa, banjar, maupun rumah tangga, Pangerupukan Nyepi, serta Ngembak Gni tetap dilaksanakan sesuai dengan Lontar Sundarigama, Usana Bali, Sri Jaya Kasunu, Tetenger Wariga, dan Pedoman Pelaksanaan dari PHDI Bali.
Kedua, pelaksanaan upacara Tawur Agung Kesanga Tahun Saka 1938 yang jatuh hari Selasa, 8 Maret 2016 nanti, tetap dilaksanakan sebagaimana biasa, mengacu tatwa dan tata cara sebelumnya dengan ngaturang guru piduka. Ketiga, upacara Tawur Agung Kesanga tidak benar digeser pelaksanaannya ke sasih (bulan) lain, karena berarti bukan Tawur Kasanga.
Keempat, upacara Tawur Agung Kasanga dalam masa Uncal Balung tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya, karena telah berjalan puluhan tahun sebelumnya dan akan muncul lagi pada periode tahun-tahun berikutnya, sesuai dengan kajian menteri yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini. Kelima, di Pura Besakih digelar Tawur Agung yang patokannya adalah Tilem Kasanga. Keenam, keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan sebagai pedoman selanjutnya.
Menurut Ketua PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, rangkaian Hari Raya Nyepi dilaksanakan sesuai pedoman yang dikeluarkan PHDI Bali, sekalipun Nyepi Tahun Baru Saka 1938 jatuhnya saat Uncal Balung. Pasalnya, pelaksanaan Nyepi berpatokan pada sasih, sehingga Tawur Kasanga tetap berjalan karena tidak boleh digeser ke sasih lain.
“Kalau pelaksanaannya digeser ke saih lain, bukan lagi Tawur Kasanga namanya," jelas IGN Sudiana, yang kemarin didampingi Ketua Panitia Pesamuhan Agung PHDI Bali Pinandita I Ketut Pasek Swastika, Bendahara PHDI Bali Guru Nyoman Gde Nala, serta Wakil Sekretaris PHDI Bali Nyoman Alit Putrawan.
Sudiana menegaskan, memang ada satu lontar yang tidak membolehkan Tawur Agung Kasanga dilaksanakan saat masa Uncal Balung, yaitu Lontar Aji Swamandala. Namun, Lontar Aji Swamandala ini pun menyebutkan dua versi, yakni melarang dan membolehkan.
Selain itu, kata Sudiana, ada 5 lontar yang mendukung pelaksanaan Tawur Agung Kasanga meski saat masa Uncal Balung, yaitu Lontar Sundarigama, Lontar Usana Bali, Lontar Sri Jaya Kasunu, Lontar Tetenger Wariga, dan Lontar Aji Swamandala. "Jadi, seluruh peserta Pesamuhan Agung yang hadir menegaskan bahwa Tawur Kasanga dilakukan sebagaimana biasa,” tandas tokoh umat yang juga akademisi ini.
Sudiana membebarkan, bukan sekali ini Tawur Agung Kasanga serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka berlangsung saat masa Uncal Balung. Sebelumnya, Tawur Agung Kasanga saat Uncal Balung juga terjadi pada 1980, 2001, 2005, dan 2009. Nah, setelah tahun 2016 ini, Tawur Agung Kasanga saat Uncal Balung juga terulang lagi pada 2020, 2024, dan seterusnya. “Jadi, keputusan ini (tetap melaksanakan Tawur Agung Kasanga saat masa Uncal Balung) juga juga berlaku untuk seterusnya," ujar Sudiana.
Di samping itu, hal yang juga memperkuat tetap dilaksanakannya Tawur Agung Kasanga saat masa Uncal Balung adalag karena Tawur Agung Kasanga wajib dilakukan di Pura Besakih pada sasih Kasanga (bulang ke-9 sistem penanggalan Bali). Menurut Sudiana, patokannya adalah Tilem Kasanga, sehingga harus ada Tawur Kasanga di Pura Besakih.
“Sehingga, saat Sasih Kedasa (bulan ke-10 sistem penaggalan Bali) bisa digelar upacara Ida Batara Turun Kabeh. Jadi, apa pun alasannya, Tawur Agung Kasanga tidak boleh ditiadakan. Hanya saja, ketika bertepatan dengan Uncal Balung, maka saat Tawur Kasanga dihaturkan guru piduka sebagai pemlahpah padewasan," terang Sudiana.
Sementara itu, terkait dengan adanya keputusan di Kabupaten Badung yang meniadakan Tawur Agung Kasanga, justru dipertanyakan oleh PHDI Bali. Ketua Pesamuhan Agung PHDI Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika, balik bertanya siapa yang menggelar pertemuan di Badung tersebut, apakah melibatkan PHDI Badung atau tidak?
"Nah, itu kami tanya juga, keputusan siapa? Karena tadi (dalam pesamuhan kemarin) semua perwakilan dari PHDI Kabupaten/Kota termasuk Badung juga ada. Keputusannya, 100 persen Tawur Agung Kasanga tetap dilaksanakan seperti biasanya. Keputusan ini juga berlaku untuk pelaksanaan Nyepi tahun-tahun berikutnya termasuk saat bertemu masa Uncal Balung," tegas Pasek Swastika.
• SUMBER •
Tawur Kasanga Tetap Dilaksanakan : http://nusabali.com/berita/2406/tawur-kasanga-tetap-dilaksanakan
Comments
Post a Comment