Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Sarasamuccaya




[Sarasamuscaya – sloka 368]
Semua makhluk terperangkap dalam lingkaran kesengsaraan lahir dan mati [siklus samsara], masa hidup mereka lewati dengan penyakit, usia tua dan kesedihan. Tapi umumnya tidak banyak manusia yang sadar akan singkatnya satu masa kehidupan itu.

[Sarasamuscaya – sloka 380]
Bagaimanapun pahit dan sulitnya hidup, kita tidak punya pilihan lain selain menjalaninya. Segala sesuatu yang merupakan karma tetap harus dilewati dengan tenang dan tabah. Hidup miskin, kekurangan pangan, tuna wisma, tanpa pertolongan dan sebagainya, semua itu tidak dapat dihindari harus dijalani juga. Jika ingin merubah garis nasib, laksanakanlah laku [sadhana] kebajikan dan menaikkan tingkat kesadaran-jiwa mulai saat ini. Sebab hanya itulah yang dapat merubah arah perputaran karma.

[Sarasamuscaya – sloka 498]
Dalam kehidupan ini adanya suka dan duka tidaklah dapat dihindari, keduanya merupakan karunia bagi naiknya tingkat kesadaran-jiwa. Mereka yang bijaksana tidak akan dikacaukan oleh suka dan duka, melainkan mendapatkan manfaat besar darinya.

[Sarasamuscaya – sloka 501]
Kesadaran-jiwa adalah apa yang dapat melenyapkan kesedihan dan kesengsaraan. Laksana rempah-rempah yang dapat menyembuhkan penyakit badan, demikianlah kesadaran-jiwa yang dapat menyembuhkan luka-luka hati dan kegelapan pikiran.

[Sarasamuscaya – sloka 505]
Mereka yang telah mencapai kesadaran-jiwa, tidak bersedih jika mengalami kesengsaraan, tidak senang berlebihan jika memperoleh kebahagian, serta tidak digelapkan hatinya oleh kemarahan dan ketakutan. Mereka yang telah mencapai kesadaran-jiwa tetap tenang dan jernih dalam berbagai situasi.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Om Avighnam astu namo sidham, Om Sidhirastu tad astu astu svaha.
"Ya Hyang Widhi, semoga atas perkenan-Mu tiada suatu halangan bagi kami memulai pekerjaan (kegiatan) ini dan semoga sukses"

Selamat pagi semeton umat Hindu se-Dharma. Selamat memulai aktivitas dan pekerjaan di pagi hari ini 😊

Comments