Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Cetik



Cetik Croncong Polo,
Cetik Paling Mematikan

Penggunaan racun dalam mencelakai orang lain kembali populer belakangan ini. Tragedi tewasnya aktivis HAM Munir sampai kejadian terbaru kematian Wayan Mirna di Jakarta yang disebabkan oleh racun Sianida, membuat topik ini semakin sering dibahas. Di bali sendiri racun atau yang lebih dikenal sebagai Cetik memiliki banyak varian. Satu diantara yang paling ganas dan mematikan yaitu Cetik Croncong Polo.
Cetik Croncong Polo dianggap paling berbahaya yang dimanifestasikan oleh beberapa gejala diantaranya: mata merah, badan terasa panas, telinga penderita terasa pecah, seperti diseruduk “dilumbih beduda”. Mengacu pada namanya jenis cetik ini menurut lontar-lontar usada Bali dapat menyerang otak dan dalam sekejap mampu membunuh orang yang menjadi hostnya. Dalam lontar usada juga dijelaskan mengenai sarana yang dapat digunakan untuk menyembuhkan cetik ini yaitu Keong Kraca, Madu Klupa, Air Jeruk, Belerang Merah. Obat ini digunakan dengan cara diteteskan ke hidung.
Selain Cetik Croncong Polo, perlu juga kita mencermati jenis cetik yang lain yang juga sangat berbahaya bila sampai masuk ke tubuh kita antara lain :
  1. Cetik Gringsing. Terbuat dari Yuyu Gringsingatau semacam gurita berwarna merah. Yuyu ini dimasukkan ke dalam botol, dan disimpan dalam tanah selama 6 bulan. Setelah itu menghasilkan minyak. Minyak inilah yang digunakan sebagai cetik ditambah dengan minyak (Lengis Nyuh) untuk memperbanyak volumenya.
  2. Cetik Krawang. Dibuat dari kerikan gong gangsa dicampur dengan “medang tiing gading” dan medang “tiing buluh” (medangadalah bulu halus pada bambu)
  3. Cetik Buntek. Dibuat dari usus Be Buntek.
  4. Cetik Singar Mangsi. Dibuat dari Lateng Layar di Laut.
  5. Cetik Jinten. Dibuat dari tulang manusia, prosesnya memerlukan waktu yang cukup panjang.
  6. Cetik Badung. Dibuat dari air yang keluar dari orang meninggal (Banyeh)didiamkan, ambil bagian beningnya dengan kapas, lalu taruh dipertigaan desa, kemudian sebut nama dan tempat orang yang disakiti disertai dengan mantera-mantera tertentu.
Demikian sedikit ulasan mengenai Cetik Croncong Polo yang sangat berbahaya. Meskipun belum ada sumber yang pasti mengenai berapa banyak orang yang menjadi korban oleh keganasan cetik ini, akan tetapi tak ada salahnya kita meningkatkan kewaspadaan. Berdoa sebelum mengkonsumsi makanan menjadi hal yang sangat penting dalam membendung jenis cetik ini.

Sumber :
usadabalisekalaniskala,
orangbali
http://www.jpwcoffee.com

Comments