Sarasa dan Saraswati
Kitab Sarasamuccaya yang merupakan intisari dari kitab Mahabharata, dalam tradisis sastra di Bali sering disebut sebagai sarasa. Sarasamuccaya sendiri berarti kumpulan dari inti sari, itulah sebabnya pemakaian istilah sarasa tidak saja sebuah akronim, tetapi juga bermakna sesuatu yang memiliki rasa.
Penyusun kitab Sarasamuccaya yaitu bhagawan Wararuci, menyatakan sembahnya ke hadapan bhagawan Byasa penyusun kitab Mahabrata atau asta dasa parwa dengan menyatakan: "Adalah seorang;maharsi tidak ada sesuatu apapun yang beliau tidak ketahui; beliau dimuliakan di ketiga dunia ini, dan beliau menghapuskan segala kebodohan yang meyelimuti hati nurani manusia" demikian sembah bhagawan Wararuci kepada putra bhagawan Parasara itu. Selanjutnya bhagawan Wararuci menyatakan bahwa sebagaimana halnya samudra dan gunung himalaya yang penuh berisi emas permata serba indah, demikian pulalah kemuliaan dan banyaknya ilmu pengetahuan di dalam mahabharata, yang dapat menimbulkan rasa yang utama (rasotamo) dan rahasia bhatin yang tinggi (rahasya jnana).
Jadi mahabharata mengandung pengetahuan yang tinggi, yang tak habis-habisnya digali dan dipikirkan para maharsi. Mahabharata adalah sumber pengetahuan suci, mata air yang terus mengalirkan nilai-nilai kesucian. Maka sesungguhnya Dewi Saraswati, Dewi Ilmu Pengetahuan bersthana di dalam candi mahabharata. "Tidak akan ada ilmu pengetahuan di dunia ini jika tidak ada bantuan dari ajaran bhagawan Byasa, sebagaimana halnya badan jasmani ini tidak akan ada jika tidak ada bantuan dari makanan.
Dikatakan pula bahwa mereka yang telah mendengarkan atau merasakan kemuliaan ajaran yang terkandung di dalam mahabharata, tentu tidak akari ingin uraian dari ajaran yang lain. Sebagaimana halnya orang yang telah mendengar keindahan suara burung tuhu-tuhu dan telah meresap ke dalam hatinya,
tentu tidak ada keinginannya lagi mendengarkan suara burung gagak yang menyeramkan itu.
Ada penegasan yan diberikan kepada pembaca karya ini, bahwa segala ajaran kerohanian, demikian juga ajaran catur warga, baik sumber maupun perkembangannya hanya ada di sini. Sebagaimana kita ketahui catur warga adalah terdiri atas dharma artha kama dan moksa adalah hakekat tujuan hidup manusia, oleh karena itu menjadi ajaran kerohanian yang sangat penting. Di sini secara implisit ditegaskan bahwa setiap orang yang mempelajari ajaran kerohanian, termasuk mereka yang mengejar pengetahuan secara luas, pertama-tama harus mendasari pemahaman dan penghayatannya terhadap hakekat tujuan hidup tersebut.
Di sinilah hubungannya antara sarasa atau sarasamuccaya dengan Saraswati. Mereka yang memuja Saraswati memang senantiasa memohon rasa yang utama dan rahasia pikiran yang sering disebut juga sebagai samya jnana atau pengetahuan yang sempurna. Dan hal itu memang terdapat di dalam mahabharata karya bhagawan Byasa.
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoresi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Suksma…
Penyusun kitab Sarasamuccaya yaitu bhagawan Wararuci, menyatakan sembahnya ke hadapan bhagawan Byasa penyusun kitab Mahabrata atau asta dasa parwa dengan menyatakan: "Adalah seorang;maharsi tidak ada sesuatu apapun yang beliau tidak ketahui; beliau dimuliakan di ketiga dunia ini, dan beliau menghapuskan segala kebodohan yang meyelimuti hati nurani manusia" demikian sembah bhagawan Wararuci kepada putra bhagawan Parasara itu. Selanjutnya bhagawan Wararuci menyatakan bahwa sebagaimana halnya samudra dan gunung himalaya yang penuh berisi emas permata serba indah, demikian pulalah kemuliaan dan banyaknya ilmu pengetahuan di dalam mahabharata, yang dapat menimbulkan rasa yang utama (rasotamo) dan rahasia bhatin yang tinggi (rahasya jnana).
Jadi mahabharata mengandung pengetahuan yang tinggi, yang tak habis-habisnya digali dan dipikirkan para maharsi. Mahabharata adalah sumber pengetahuan suci, mata air yang terus mengalirkan nilai-nilai kesucian. Maka sesungguhnya Dewi Saraswati, Dewi Ilmu Pengetahuan bersthana di dalam candi mahabharata. "Tidak akan ada ilmu pengetahuan di dunia ini jika tidak ada bantuan dari ajaran bhagawan Byasa, sebagaimana halnya badan jasmani ini tidak akan ada jika tidak ada bantuan dari makanan.
Dikatakan pula bahwa mereka yang telah mendengarkan atau merasakan kemuliaan ajaran yang terkandung di dalam mahabharata, tentu tidak akari ingin uraian dari ajaran yang lain. Sebagaimana halnya orang yang telah mendengar keindahan suara burung tuhu-tuhu dan telah meresap ke dalam hatinya,
tentu tidak ada keinginannya lagi mendengarkan suara burung gagak yang menyeramkan itu.
Ada penegasan yan diberikan kepada pembaca karya ini, bahwa segala ajaran kerohanian, demikian juga ajaran catur warga, baik sumber maupun perkembangannya hanya ada di sini. Sebagaimana kita ketahui catur warga adalah terdiri atas dharma artha kama dan moksa adalah hakekat tujuan hidup manusia, oleh karena itu menjadi ajaran kerohanian yang sangat penting. Di sini secara implisit ditegaskan bahwa setiap orang yang mempelajari ajaran kerohanian, termasuk mereka yang mengejar pengetahuan secara luas, pertama-tama harus mendasari pemahaman dan penghayatannya terhadap hakekat tujuan hidup tersebut.
Di sinilah hubungannya antara sarasa atau sarasamuccaya dengan Saraswati. Mereka yang memuja Saraswati memang senantiasa memohon rasa yang utama dan rahasia pikiran yang sering disebut juga sebagai samya jnana atau pengetahuan yang sempurna. Dan hal itu memang terdapat di dalam mahabharata karya bhagawan Byasa.
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoresi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Suksma…
Comments
Post a Comment