Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Dosa

Apa dan Bagaimana Dosa Itu?

Wejangan-wejangan dari Almarhum Ida Pedanda Gede Made Gunung tentu dirindukan oleh para Umat Hindu di Indonesia. Wejangan yang disampaikan sangat meneduhkan hati, oleh karena itu kami kembali mencoba untuk meneruskan wejangan-wejangan Beliau melalui website ini. Salah satunya adalah wejangan tentang "Apa dan Bagaimana Dosa Itu?" yang disampaikan Beliau pada Hari Jumat, 13 Sep 2013 silam.

OM SWASTIASTU. OM AWIGNAMASTU.


Kata DOSA sering kali kita dengar, dan kata ini sering pula membikin hati kita takut apa lagi ada teman yang menggunakan sebagai alat untuk menakut-nakuti kita. Sedangkan kita sendiri belum tau persis dosa itu apa dan dosa itu bagaimana? Ada yang mengatakan dosa itu akan didapati oleh mereka yang berbuat SALAH. Kadang-kadang kata SALAH inipun masih membikin kita bingung, sebab kalau kita mengatakan salah sesuatu itu, tetapi di pihak lain mengatakan itu benar. Nah terlepas dari semuanya itu, pada kali ini saya mencoba untuk menulis tentang DOSA itu sendiri. Tulisan ini akan lebih banyak mengacu/berdasarkan kitab SARASAMUSCAYA, ditambah dengan pemahaman saya sendiri tentang dosa. Oleh karena itu sangat besar kemungkinannya muncul ketidak benaran di dalam tulisan ini, terutama yang dihasilkan oleh pemahaman saya sendiri. Sebab setiap tulisan yang sempurna sudah pasti didasari oleh pemahaman si penulis yang sempurna juga. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan sekali masukan dari teman-teman sebagai pelengkap dan penyempurnaan tulisan ini. Namun sebelumnya harapan saya anggaplah tulisan ini hanya sebagai tali penyambung persadaraan kita.

1. PROSES TERJADINYA DOSA.

Menurut tuntunan dari kitab pelajaran agama Hindu, sebelum DOSA itu terjadi pada diri manusia pertama didahului oleh KLESA. Klesa (kekotoran yang terkait dengan pikiran), kotoran ini bisa terjadi apabila pikiran dipenuhi oleh keangkuhan, kesombongan, keegoisan, sirik, dengki dan yang sejenisnya itu. Setelah semuanya itu melekat pada pikiran manusia maka munculah yang tahap kedua, yaitu; PAPA ( kegelapan ), gelap ini meliputi semua aktifitas panca indranya, sehingga tingkah laku/prilaku akan menjadi tidak terarah, tidak sesuai dengan tatanan agama dan tatanan UU serta peraturan yang berlaku. Setelah kedua tahapan didapan itu terjadi maka selanjutnya terjadilah DOSA.
Untuk lebih jelasnya disini saya akan mencoba memberikan contoh; Seseorang yang memakai kaca mata (pikiran), kaca matanya penuh dilekati debu (klesa), maka penglihatannya akan terhalang kadang-kadang gelap, apa lagi debunya banyak (papa), nah apa bila mereka itu beraktifitas atau berjalan, kakinya akan tersandung (dosa). Demikian proses terjadinya dosa di dalam kehidupan manusia.

2. APAKAH DOSA ITU BISA DITEBUS?

Kalimat menebus dosa itu sedikit kurang pas digunakan di dalam kaitan kehidupan manusia, kecuali bagi mereka yang berpikir pemula ya boleh-boleh saja kalimat itu digunakan. Seperti misalnya seorang anak SD. menghitung 3X3 =...? biarkan mereka mengambil batu untuk mencari jawabannya. Tetapi bagi mereka yang sudah semester VIII jurusan matematika, masih mengambil batu untuk mencari jawaban 3X3, itu namanya keterlaluan.
Untuk mencari jawaban dari pertanyaan di atas mari kita mengingat kembali bait puja Tri Sandya yang ke IV kalau tidak salah; OM PAPAHAM PAPA KARMAHAM........... didalam bait-bait Puja Tri Sandya tidak ada menuliskan OM DOSAHAM DOSA KARMAHAM..... Nah berpegang pada itu, pemahaman saya dosa itu tidak bisa ditebus, dosa hanya bisa diimbangi dengan karma yang baik dan benar. Tak ubahnya segelas air, diisi setetes tinta (dosa), maka untuk menghilangkan warna biru tinta itu maka carikan air jernih sebanyak-banyaknya, maka warna tinta akan hilang menjadi hening, namun bila air itu dibawa ke lab, maka unsur zat pokok tinta itu tetap masih ada. Itulah contohnya.
Saya sering mengatakan untuk keyakinan saya sendiri bahwa saya tidak akan mau menebus dosa, kenapa? pikiran saya; Bila saya nebus BPKB, saya akan dapat BPKB. Bila saya nebus sertipikat, saya akan dapat sertipikat. Nah kalau saya nebus dosa sudah pasti saya akan dapat dosa. Makanya saya akan biarkan dosa saya tidak saya tebus biar disita disana. Akan lebih baik saya belajar meningkatkan keyakinan saya terhadap Tuhan, meningkatkan cinta saya terhadap sesama manusia, dan meningkatkan kasih saya terhadap lingkungan, sesuai dengan kemampun yang saya miliki untuk mengimbangi dosa-dosa saya.

3. TEORI MENGHINDARI DOSA.

Seperti uraian diatas, dosa itu disebabkan oleh papa, papa itu disebabkan oleh klesa, maka yang pertama kita lakukan yaitu menghilangkan klesa, dengan belajar Agama/ilmu kerokhanian/spiritual dan mempraktikan ajarannya sedikit demi sedikit sesuai kemampuan kita. Setelah klesa kita semakin hari semakin berkurang otomatis papa akan sirna secara pelan-pelan pula, yang pada akhirnya kita dapat melihat kehidupan ini dengan jelas. Antara lain kita akan sadar; 1.Untuk apa kita hidup? 2. Apa sebenarnya tujuan hidup ini? 3. Bagai mana kita memaknai hidup ini dengan benar? dan lain sebaginya, Itulah yang tergolong mengimbangi dosa dengan SUBHAKARMA.

OM, Santih, Santih, Santih, OM.

Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoreksi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Om, tat astu rahayu makesami...

Sumber:
Juru Sapuh

Comments