Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Posisi Tidur Yang Benar

Tentang Posisi Tidur Yang Benar Menurut Hindu Bali

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Posisi
tidur setiap manusia pada umumnya abstrak, ada yang sama dan ada yang berbeda.
Didalam Hindu khususnya di Bali, pembahasan tentang posisi tidur yang benar telah dianjurkan. Di Bali terdapat konsep hulu-teben.Konsep ini terkait dengan kosmologi mata angin.

Hulu Teben adalah konsep penataan sebuah tempat secara vertikal dan horisontal yang dapat membawa tatanan kehidupan skala (nyata) dan niskala (tidak nyata). Hulu Teben berasal dari dua kata yaitu hulu dan teben :
  1. Hulu artinya arah yang utama, sedangkan
  2. Teben artinya hilir atau arah berlawanan dengan hulu
Orang Bali umumnya meletakkan tempat tidur searah utara-selatan atau timur-barat. Jadi, ketika tidur, kepala kita ke arah utara atau timur, kaki ke arah selatan atau barat. Tapi ada juga yang menggunakan posisi tidur dengan hulu patokannya gunung dan teben patokannya laut. Anjuran tentang posisi tidur pun dapat ditemukan  dalam Nitisastra VII, 1-2.
Jika kepalamu di timur, akan panjang umurmu. Jika di utara, engkau mendapatkan kejayaan. Jika letak kepalamu di barat, akan mati rasa cinta padamu, engkau akan dibenci para sahabatmu; dan jika membujur ke selatan, akan pendek umurmu, dan menyebabkan rasa duka cita.
Meski pada dasarnya menurut Hindu semua arah mata angin adalah suci. Karena dalam Hindu terdapat  konsep Dewata Nawa Sanga (sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin) dan semua adalah perwujudan dari kekuatan Tuhan dalam berbagai manifestasi Beliau.
Namun dalam hal posisi tidur diharapkan posisi kepala mengarah ke hulu. Karena dalam konsep tata ruang di Bali, tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam sebuah rumah biasanya berada di Hulu (utara/timur/posisi gunung). Sehingga dengan kepala pada saat tidur mengarah ke tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi, diharapkan pikiran kita selalu mengingat dan melaksakan ajaran dari Ida Sang Hyang Widhi.
Selain sikap tidur yang tidak boleh mengarah ke teben. Sikap badan saat tidur juga ada pedomannya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kaki tidak boleh menyilang
    Konon katanya tertidur dengan kaki menyilang (x) akan membuat manusia mengalami mimpi buruk.
  2. Tidak boleh berselimut hingga menutupi wajah
    Tidur dengan seluruh tubuh tertutup selimut membuat kita terlihat seperti orang yang meninggal dunia. Hal ini adalah tabu bagi masyarakat Bali. Menurut kebudayaan mereka, tidur dengan berselimut menutupi seluruh tubuh dapat mengundang energi jahat dalam tidur kita.

Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoreksi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Om, tat astu rahayu makesami...

Sumber:
Juru Sapuh


Comments