Pada hakekatnya tujuan utama Ilmu pengetahuan khususnya kerohanian adalah mengantarkan masyarakatnya untuk dapat hidup sejahtera, tentram dan damai sepanjang waktu. Para leluhur pada Jaman dahulu telah merumuskan nilai-nilai pengetahuan ketuhanan yang sederhana namun kaya filosophf pada etika sosial, proses sadhana dan ritual upakara ( bhakti dan karma marga ). Begitupula pada golongan masyarakat tertentu juga sudah dirumuskan prinsip pengetahuan utama yakni rahasia kehidupan dan kesadaran ketuhanan yang tertinggt ( jnana dan raja marga ).

Rumusan-rumusan pengetahuan ketuhananini memiliki dasar yang kuat pada masing-masing penggalinya yang disebut sampradaya atau sekte, sepertl Pasupataya, Ganapataya, Siwa Sampradaya, Sekte Indra, Sekte Bairawa, Kamahayanan, Kasogathan dan yang lainnya. Pada abad pertengahan semua sampradaya dan faham yang ada disatukan oleh Mpu Kuturan menjadi faham tri murti yakni sebuah ajaran yang hanya memiliki dasar ketuhanan pada Dewa Brahma, Desa Wisnu dan Dewa Siwa. Inilah yang menjadi cikal bakat penyatuan masyarakat bali yang sebetumnya terpecah-pecah kedalam sampradaya atau sekte. Penyatuan masyarakat Bali ini dibuatkan sistem kemasyarakatn lagi dengan nama Desa pakraman dengan memiliki tiga kahyangan yakni kahyangan puseh, kahyangan desa dan kahyangan dalem dengan pelaksanaan penyelenggaraan.

Yajnya dan kegiatan lainnya menyesuaikan pada wilayah setempat.



Bahagia itu Sikap Hidup

Bahagia itu Sikap Hidup

Dikisahkan seorang wanita berusia 92 tahun, mungil, berpenampilan menarik dan percaya diri, yang berpakaian lengkap setiap pagi pada pukul delapan, dengan rambutnya yang dikepang dan di tata rias sempurna, meskipun ia buta secara hukum, hari ini pindah ke panti jompo.

Suaminya baru saja meninggal dunia, dan dia merasa perlu pindah ke panti jompo.
Setelah berjam-jam menunggu dengan sabar di lobi panti jompo, dia tersenyum manis ketika petugas mengatakan bahwa kamarnya sudah siap. Saat dia mengarahkan alat berjalannya ke lift, petugas memberikan gambaran visual tentang kamar kecilnya.
“Saya menyukainya,” katanya dengan antusiasme seperti seorang anak berusia balita yang baru saja diberikan mainan.
“Nyonya Jones, kamu belum melihat ruangan … tunggu saja.”

“Itu tidak ada hubungannya dengan itu,” jawabnya. “Kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda putuskan sebelumnya. Apakah saya suka kamar saya atau tidak tergantung pada bagaimana perabotan diatur…… itulah cara saya mengatur pikiran saya.”
“Saya sudah memutuskan untuk menyukainya … Ini adalah keputusan yang saya buat setiap pagi ketika saya bangun. Saya punya pilihan; Saya dapat menghabiskan hari di tempat tidur menceritakan kesulitan yang saya miliki dengan bagian-bagian tubuh saya yang tidak lagi berfungsi, atau bangun dari tempat tidur dan bersyukur. Setiap hari adalah hadiah, dan selama mata saya terbuka, saya akan fokus pada hari baru dan semua kenangan indah yang telah saya simpan….. hanya untuk kali ini dalam hidup saya.”
Tumbuh lebih tua, dan semoga lebih bijak, seperti rekening bank. Anda menariknya dari apa yang telah Anda masukkan. Ketika Anda terus menyimpan di rekening bank kenangan, ingatlah rumusan sederhana

ini untuk kehidupan yang damai dan menyenangkan:

Bebaskan hati Anda dari kebencian. Bebaskan pikiran Anda dari kekhawatiran. Hidup sederhana. Berikan lebih banyak. Kurangilah berharap.

Be Happy! Jadilah Bahagia dan Berkah bagi Dunia

Bahagia dan derita adalah pilihan bebas kita. Pilihlah bahagia, dan singkirkan penghalangnya, maka hidup Anda akan menjadi sebuah perayaan, dan diri Anda pun akan menjadi berkah bagi dunia.
Bertanyalah pada seekor kambing. Saya kira, dia tidak tahu bahagia itu apa. Selama masih bisa makan rumput dan hidup dalam kandang, ya bahagialah dia. Padahal, itu baru sebatas kenyamanan. Dia tidak dapat membedakan kebahagiaan dari kenyamanan.Bertanyalah kepada seekor keledai. Selama ada yang masih menyediakan makanan baginya, diapun tenang. Dan, ketenangan itu dianggapnya kebahagiaan. Kita manusia, dan kita memiliki kemampuan untuk membedakan kenyamanan sesaat dari kebahagiaan sejati.
Kepuasan dan ketenangan batin atau contentment dan inner peace adalah rasa puas dan tenang yang muncul dari kesadaran. Kita sadar bahwa keinginan tidak mengenal batas. Setiap keinginan yang terpenuhi menimbulkan kekecewaan. Karena itu, dengan penuh kesadaran kita membatasi keinginan kit. Saat itulah kita menjadi puas. Kala itulah kita menjadi tenang. Aman Sentosa.
Kunci kebahagiaan adalah kesadaran. Dengan kunci kesadaran itulah kita membuka pintu batin dan menemukan inner peace dan contentment yang dimaksud. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2008). Be Happy! Jadilah bahagia dan berkah bagi dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Kebahagiaan Sejati berada dalam Kesadaran Jiwa

Mereka belum memahami diri sebagai Jiwa. Mereka masih mengejar kekuasaan semu dan kenikmatan-kenikmatan yang tidak berarti. Semuanya terkait degan fisik, yang senantiasa berubah, dan suatu ketika sudah pasti punah. Mereka Berkarya, Beramal-Saleh semata untuk memperoleh kenikmatan indrawi, kekuasaan duniawi.
……….
Anda bisa hidup dalam surga – sekarang dan saat ini juga – jika Anda berkesadaran Jiwa. Definisi Surga bagi Kṛṣṇa ialah Hidup Bebas – Kebebasan Mutlak – Mokṣa, Nirvāṇa. Hidup dalam surga tidak berarti menjadi budak indra lagi, tapi, justru bebas dari perbudakan. Dan, kebebasan itu, dapat diraih sekarang, saat ini juga. Kebahagiaan sejati adalah Jiwani, tidak sama dengan kenikmatan indra. Para bijak menemukannya, menemukan kebahagiaan sejati, dalam Kesadaran Jiwa. Para dungu mengejar kenikmatan raga, kesenangan indrawi saja. Penjelasan Bhagavad Gita 2:43 dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma)
Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoreksi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Om, tat astu rahayu makesami...

Kebahagiaan dan Manusia Indonesia

Berikut adalah sebagian kutipan Artikel Bapak Anand Krishna Anand Krishna pada Radar Bali, Senin 26 November 2007:
Sumber: https://triwidodo.wordpress.com/tag/kebahagiaan/
Tuhan dan Uang – keduanya itulah yang membahagiakan Manusia Indonesia. Coba kita telusuri lebih lanjut dengan menggunakan sedikit rasio, sedikit intelejensia: Apa urusan kita dengan Tuhan, sehingga Ia dapat membahagiakan kita?
Ya, pertanyaan ini sungguh penting, sangat penting – supaya menjadi jelas “apanya” Tuhan yang membahagiakan kita? Saya berusaha untuk mencari jawaban dari orang-orang yang sebelumnya saya tidak kenal, supaya lebih objektif. Ternyata dugaan saya betul – umumnya kita berurusan dengan Tuhan karena Ia adalah Yang Maha Memberi.
Urusan kita dengan Tuhan pun bukanlah urusan cinta, bukanlah urusan kasih – tetapi perkara materi murni. Kita berdoa, kita menjalankan ritus-ritus keagamaan, bahkan kita beragama – hanya karena Tuhan adalah Hyang Maha Memberi segala apa yang kita butuhkan, Hyang Maha Mendengar segala macam keluhan kita, Hyang Maha Memenuhi segala macam keinginan kita, Hyang Maha Menyelesaikan segala macam perkara kita.
Barangkali kita tidak akan berurusan dengan Tuhan bila Ia adalah Hyang Maha Menegur dan Maha Menjewer kuping ketika kita berbuat salah. Kita lebih suka dengan atribut-atribut Tuhan seperti Hyang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Jelas, kita tidak mau ditegur dan dijewer kuping kita.
Berarti, Tuhan yang Membahagiakan kita adalah Tuhan yang Memenuhi segala macam kebutuhan, bahkan keinginan materi kita. Dan, tidak pernah menegur, apalagi menghakimi dan menghukum kita. Keberagamaan kita sepenuhnya, 100 persen adalah urusan materi murni!
Tuhan dan Uang Membahagiakan kita…..
Sesungguhnya, yang kita maksud adalah: Tuhan yang menyediakan Uang dan Uang itu sendiri yang membahagiakan kita. Berarti, kebahagiaan manusia Indonesia sepenuhnya datang dari Uang, dari Materi.
Tidak heran, bila politisi senior kita menganggap perolehan suara di pemilu sebagai rejeki. Tidak heran pula bila kita tidak pernah lupa mengucapkan syukur kepada Hyang Maha Kuasa ketika meraih kekuasaan. Dari olahragawan hingga rohaniwan – semuanya mengharapkan materi dari Tuhan.
Nabi Isa pernah mengingatkan kita: “Carilah Dia, maka segala sesuatu yang lain akan ditambahkan kepadamu.”
Kita mencari Dia, supaya memperoleh segala sesuatu.
Sama-sama mencari, tetapi lain pencaharian Sang Nabi dan lain pencaharian kita. Sang Nabi tidak mencari untuk memperoleh sesuatu. Kita mencari dengan tujuan jelas untuk memperoleh sesuatu.
Dikutip dari Artikel Bapak Anand Krishna: Kebahagiaan dan Manusia Indonesia,  pada Radar Bali, Senin 26 November 2007

Semoga dapat bermanfaat untuk semeton. Mohon dikoreksi bersama jika ada tulisan/makna yang kurang tepat. Om, tat astu rahayu makesami...

Sumber:
Juru Sapuh

Comments