Bagi orang Bali, istilah Panca Maha Bhuta bukanlah istilah yang asing. Sejauh ini orang Bali memandang Panca Maha Bhuta sebagai lima unsur penyusun alam semesta yang terdiri dari:
Namun dalam konteks perusahaan, Bayu adalah sebuah sistem kerja/operasional. Dalam konteks negara, Bayu adalah sistem tata negara. Semua harus tunduk pada sistem. Sistem yang baik menghasilkan atmosfir kerja atau atmosfir hidup yang baik dan nyaman pula.
Keberadaan unsur apah pada diri seseorang, membuat seseorang menyadari keberadaan akan orang-orang disekelilingnya yang membentuk sebuah sistem, baik itu sistem kemasyarakatan dimana dia tinggal, sistem kerja di tempat dia bekerja. Seseorang akan sadar bahwa dia tidak bisa hidup sendiri dan terikat oleh sistem dimanapun dia berada. Hal ini akan memunculkan rasa patuh dan rasa hormat serta harga diri sebagai bagian dari sebuah sistem. Dalam tingkat negara, inilah nasionalisme dan harga diri sebagai bagian dari suatu bangsa. Dalam perusahaan, Bayu adalah kepatuhan, rasa hormat dan loyalitas pada system. Memiliki “sense of belonging”. Ini membuat seseorang menjadi orang yang dapat dipercaya. Inilah unsur BAYU dalam diri seseorang. Unsur Bayu berhubungan erat dengan unsur Apah.
Unsur Bayu dikatakan hidup pada diri seorang ketika memiliki harga diri sekaligus rasa hormat, kepatuhan dan loyalitas kepada sistem dan menjadi seseorang yang dapat dipercaya.
Sebagai mahluk, akasa adalah alam tempat kita hidup. Sebagai warga Negara, akasa adalah Negara tempat kita tinggal. Sebagai karyawan, Akasa adalah tempat kita bekerja. Bisa dikatakan Akasa adalah induk dari segala sistem yang ada.
Seseorang yang Akasa dalam dirinya telah dibangkitkan, akan sadar bahwa dirinya adalah bagian dari sistem sekaligus dia pulalah yang menggerakkan sistem. Dia sadar bahwa sistem akan ikut bergerak jika dia bergerak. Dengan kata lain, dia adalah sistem itu sendiri. Disini telah terjadi kemanunggalan antara diri pribadi dengan sistem. Seseorang sadar memiliki peran dalam menggerakan sistem. Karena kesadaran ini, seseorang akan berusaha untuk memainkan dengan sebaik-baiknya, apapun perannya. Karena setiap peran yang dimainkan dengan baik, akan memberikan dampak yang baik untuk sistem, yang adalah dirinya sendiri.
Di tatanan perusahaan, karyawan sadar bahwa perusahaan bergerak karena karyawan yang bergerak. Karena sadar dia punya peran dan mampu menggerakkan sistem, maka setiap karyawan berusaha berbuat yang terbaik untuk sistem, yang terbentuk dan dibangun oleh mereka sendiri.
Pada diri seseorang, Akasa yang aktif membuat seseorang sadar mempunyai peran dalam kehidupan. Setiap tindakan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kehidupan, sehingga seseorang akan berusaha berbuat yang terbaik untuk kehidupan.
Jadi menurut saya, jika seseorang mampu menghidupkan Panca Maha Bhuta dalam dirinya akan menyadari keberadaan dirinya adalah Akasa (wadah/ruang), dimana empat unsur alam semesta yaitu Pertiwi (Tanah), Apah (Air), Teja (Api) dan Bayu (Angin) berkolaborasi dan bersinergi. Seseorang akan hidup dengan sebuah prinsip, pantang menyerah (Pertiwi) namun tetap fleksibel dan luwes dalam berinteraksi (Apah), memiliki semangat, gairah serta wawasan yang luas (Teja), memiliki rasa hormat sekaligus harga diri /”Man of honor and respect” (Bayu). Dialah manusia sejati, yang menyadari dirinya tersusun dari Panca Maha Bhuta, mampu menguasai dan mengendalikan Panca Maha Bhuta. Dialah manusia yang pantas disebut sebagai AVATAR, si penguasa dan pengendali empat unsur alam semesta.
Dalam hal ini saya mencoba untuk memperluas makna dari keberadaan Panca Maha Bhuta khususnya dalam diri manusia sebagai perwujudan dari mikrokosmos. Kesadaran apa yang ditimbulkan serta apa implikasi nyata terhadap sikap mental dan prilaku manusia dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Tanpa bermaksud merendahkan pemahaman umum yang berlaku, tulisan ini hanyalah merupakan sudut pandang saya semata dalam memberikan perluasan makna terhadap topik bahasan. Dengan harapan bisa memberikan manfaat nyata kepada yang membaca dan bukannya justru menjadi materi perdebatan.
Di dalam ajaran tertentu masyarakat Bali, ada istilah “Nguripang Panca Maha Bhuta”, atau bisa diterjemahkan secara sederhana berarti menghidupkan lima unsur dalam diri manusia. Dan saya mencoba memaknai apa yang dimaksud dengan istilah tersebut dari sudut pandang saya pribadi, berdasarkan apa yang saya pahami, saya alami dan implikasi nyata yang saya rasakan.
Mari kita bahas Panca Maha Bhuta secara satu persatu.
Pertiwi
Pertiwi adalah segala sesuatu yang mewujud, berbentuk, bisa diraba/dirasa, kokoh dan nyata. Contohnya adalah tanah, batu, kayu, besi dan seluruh benda di sekeliling kita. Pertiwi lebih umum disebut sebagai elemen TANAH.
Dalam berjalan, pertiwi adalah hal pertama yang perlu diperhatikan. Dimana posisi mobil parkir, posisi pohon, posisi meja, posisi kursi dan lain-lain agar tidak bertabrakan satu sama lain. Dengan kata lain, pemahaman pertiwi bisa dikatakan menjadi koridor atau dasar dalam melangkah. Pertiwi adalah sebuah landasan. Atau dalam ilmu bela diri. Pertiwi adalah kuda-kuda. Dan tentu pada taraf awal untuk bisa menjadi seorang pendekar adalah memiliki kuda-kuda yang benar dan kokoh sehingga tidak mudah dijatuhkan lawan. Dan inilah sebabnya, pelajaran pertama dari setiap ilmu beladiri adalah menguatkan kuda-kuda.
Dalam pemberdayaan diri, Pertiwi dalam diri menjadi prinsip dalam menjalani hidup. Prinsiplah yang memberi dorongan dan menjadi kuda-kuda dalam melangkah. Prinsiplah yang menjadi pegangan kala seseorang harus bangkit dari sebuah kejatuhan. Prinsiplah adalah sebuah koridor atau batasan, yang memberi rasa percaya diri. Prinsip adalah konsentrasi energi yang belum terurai menjadi sebuah semangat. Dengan kata lain, manusia yang telah menyadari keberadaan Pertiwi dalam dirinya dan menghidupkannya, akan menjalani kehidupan dalam sebuah Prinsip dan dalam sebuah koridor. Dalam hal ini tentu prinsip yang diambil adalah prinsip yang tidak bertentangan dengan etika moral dan budaya tempat kita hidup.
Apah
Apah adalah kebalikan dari pertiwi yaitu segala sesuatu yang lentur, mengalir, fleksibel, luwes, mendinginkan dan tidak memiliki bentuk yang kokoh. Secara nyata wujud Apah adalah elemen AIR.
Pada ulasan mengenai pertiwi, telah dijelaskan mengenai prinsip. Namun pertiwi/prinsip saja tidaklah cukup. Karena memegang prinsip yang terlalu kuat membuat seseorang menjadi kaku dalam bersikap, arogan dan mau menang sendiri. Dan ini cenderung akan menimbulkan benturan satu dengan yang lain. Untuk meredam ini, perlu adanya kelenturan/keluwesan. Maka dari itu unsur Apah/air harus diaktifkan.
Sifat air adalah merekatkan pertiwi. Sebagai contoh, tanah atau pasir jika disiram dengan air akan menyatu dan mengeras, menggumpal menjadi satu kesatuan. Disamping itu, air mudah meresap kemana-mana. Pengaktifan Apah dalam diri akan membuat pribadi seseorang menjadi luwes, terbuka, mau menerima pendapat dan membuat seseorang mudah bergaul ke semua kalangan sehingga punya banyak teman. Dengan demikian, sesuai dengan sifat air, ia mampu membuat semua orang berkumpul dan menyatu dan membentuk sebuah kekuatan.
Ibarat dalam ilmu beladiri, setelah kuda-kuda sempurna, dilanjutkan dengan gerakan-gerakan tangan yang luwes dan indah. Sehingga gerakan kuda-kuda yang kokoh ketika dipadu dengan gerakan tangan yang luwes menghasilkan sebuah gerakan atau jurus yang indah untuk dipandang.
Teja
Unsur/bhuta ketiga adalah Teja. Teja sendiri adalah elemen API. Dan api membawa dua hal yaitu panas dan cahaya.
Setelah memiliki prinsip dan keluwesan dalam bersikap sebagai reaksi atas aktifnya unsur tanah dan air, maka selanjutnya adalah elemen api. Satu hal yang disadari secara umum adalah api muncul karena ada materi yang terbakar, sehingga memunculkan panas dan cahaya. Materi sendiri adalah pertiwi, bagai kayu bakar pada api unggun. Sebagaimana ulasan sebelumnya, pertiwi adalah prinsip, konsentrasi dari energi yang belum diuraikan menjadi semangat, gairah (aspek panas dari api) dan keceriaan, pengetahuan, wawasan serta rasa percaya diri (aspek cahaya).
Tubuh bisa hidup dan merasakan segala sesuatu karena adanya panas tubuh. Jika tubuh kehilangan panasnya, maka syaraf akan berhenti berfungsi dan tubuh tidak bisa merasakan apa-apa. Demikian juga halnya dengan Teja dalam kehidupan. Seseorang yang elemen Api/Tejanya aktif, akan menjalani hidup dengan penuh gairah, semangat, antusiame dan keceriaan sebagai refleksi dari aspek panas. Sedangkan pengetahuan dan wawasan serta rasa percaya diri merupakan refleksi dari aspek cahaya karena cahaya membuat seseorang bisa melihat kemana harus melangkah. Hal ini membuat seseorang bisa menikmati hidup dan selalu berpikir positif. Gairah, semangat, keceriaan dan rasa percaya diri serta wawasan dalam menjalani kehidupan (Teja) baru akan muncul setelah seseorang memiliki prinsip hidup (Pertiwi). Sehingga Teja sangat erat berhubungan dengan Pertiwi.
Bayu
Bhuta atau unsur keempat adalah Bayu. Bayu adalah sesuatu yang menaungi atau melingkupi. Seperti Bumi yang dinaungi atau dilingkupi atmosfir. Dan isi dari atmosfir adalah Angin. Sehingga secara sederhana Bayu diartikan ANGIN.Namun dalam konteks perusahaan, Bayu adalah sebuah sistem kerja/operasional. Dalam konteks negara, Bayu adalah sistem tata negara. Semua harus tunduk pada sistem. Sistem yang baik menghasilkan atmosfir kerja atau atmosfir hidup yang baik dan nyaman pula.
Keberadaan unsur apah pada diri seseorang, membuat seseorang menyadari keberadaan akan orang-orang disekelilingnya yang membentuk sebuah sistem, baik itu sistem kemasyarakatan dimana dia tinggal, sistem kerja di tempat dia bekerja. Seseorang akan sadar bahwa dia tidak bisa hidup sendiri dan terikat oleh sistem dimanapun dia berada. Hal ini akan memunculkan rasa patuh dan rasa hormat serta harga diri sebagai bagian dari sebuah sistem. Dalam tingkat negara, inilah nasionalisme dan harga diri sebagai bagian dari suatu bangsa. Dalam perusahaan, Bayu adalah kepatuhan, rasa hormat dan loyalitas pada system. Memiliki “sense of belonging”. Ini membuat seseorang menjadi orang yang dapat dipercaya. Inilah unsur BAYU dalam diri seseorang. Unsur Bayu berhubungan erat dengan unsur Apah.
Unsur Bayu dikatakan hidup pada diri seorang ketika memiliki harga diri sekaligus rasa hormat, kepatuhan dan loyalitas kepada sistem dan menjadi seseorang yang dapat dipercaya.
Akasa
Bhuta kelima atau terakhir adalah Akasa atau Ether. Akasa sendiri bukanlah sebuah unsur, melainkan sebuah RUANG (ruang kosong). Didalam ruang inilah seluruh unsur berkolaborasi, bersinergi dan bersatu padu. Akasa adalah sebuah “Kuali” dimana seluruh bumbu dicampu dan diolah.Sebagai mahluk, akasa adalah alam tempat kita hidup. Sebagai warga Negara, akasa adalah Negara tempat kita tinggal. Sebagai karyawan, Akasa adalah tempat kita bekerja. Bisa dikatakan Akasa adalah induk dari segala sistem yang ada.
Seseorang yang Akasa dalam dirinya telah dibangkitkan, akan sadar bahwa dirinya adalah bagian dari sistem sekaligus dia pulalah yang menggerakkan sistem. Dia sadar bahwa sistem akan ikut bergerak jika dia bergerak. Dengan kata lain, dia adalah sistem itu sendiri. Disini telah terjadi kemanunggalan antara diri pribadi dengan sistem. Seseorang sadar memiliki peran dalam menggerakan sistem. Karena kesadaran ini, seseorang akan berusaha untuk memainkan dengan sebaik-baiknya, apapun perannya. Karena setiap peran yang dimainkan dengan baik, akan memberikan dampak yang baik untuk sistem, yang adalah dirinya sendiri.
Di tatanan perusahaan, karyawan sadar bahwa perusahaan bergerak karena karyawan yang bergerak. Karena sadar dia punya peran dan mampu menggerakkan sistem, maka setiap karyawan berusaha berbuat yang terbaik untuk sistem, yang terbentuk dan dibangun oleh mereka sendiri.
Pada diri seseorang, Akasa yang aktif membuat seseorang sadar mempunyai peran dalam kehidupan. Setiap tindakan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kehidupan, sehingga seseorang akan berusaha berbuat yang terbaik untuk kehidupan.
Jadi menurut saya, jika seseorang mampu menghidupkan Panca Maha Bhuta dalam dirinya akan menyadari keberadaan dirinya adalah Akasa (wadah/ruang), dimana empat unsur alam semesta yaitu Pertiwi (Tanah), Apah (Air), Teja (Api) dan Bayu (Angin) berkolaborasi dan bersinergi. Seseorang akan hidup dengan sebuah prinsip, pantang menyerah (Pertiwi) namun tetap fleksibel dan luwes dalam berinteraksi (Apah), memiliki semangat, gairah serta wawasan yang luas (Teja), memiliki rasa hormat sekaligus harga diri /”Man of honor and respect” (Bayu). Dialah manusia sejati, yang menyadari dirinya tersusun dari Panca Maha Bhuta, mampu menguasai dan mengendalikan Panca Maha Bhuta. Dialah manusia yang pantas disebut sebagai AVATAR, si penguasa dan pengendali empat unsur alam semesta.
Comments
Post a Comment