Sungai Saraswati
Setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Sabtu, keliwon, Watugunung umat Hindu di Indonesia merayakan hari suci Saraswati, sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Pelaksanaan Saraswati biasannya dilakukan ditempat-tempat suci, geria, sekolah, kampus dan tempat lainnya sebagai wujud penghormatan umat Hindu kepada Ilmu Pengetahuan. Besok harinya dilanjutkan dengan perayakan Banyu Pinaruh yang dilaksanakan pada sumber-sumber air dan terutama pada pertemuan air (campuhan) yang dipercayai oleh umat Hindu sebagai tempat untuk melakukan melukat dan
melakukan pebersihan lainnya karena tempat ini dipercayai sebagai tempat suci. Dalam konteks ini kita bisa memaknai bahwa Dewi Saraswati tidak semata-mata Dewi Pengetahuan tetapi juga Dewi Sungai Suci yang memberikan kemakmuran kepada manusia.
Di dalam kitab Rg-Weda (10.75.5) ada disebutkan demikian:
Rg-Weda (7.36.6) juga disebutkan demikian,
Rsi Wasistha dalam himne beliau yang termuat dalam Rg-Weda menyebutkan tentang keagungan dan kesucian air sungai Saraswati sebagai berikut:
Dilihat dari tofografi pulau Bali yang sangat indah ini, dibelah oleh bentangan pegunungan dan gunung suci yang berada di tengah-tengah pulau, dari pegunungan dan gunung yang lestari inilah mengalir air sungai keberbagai penjuru daratan yang ada di Bali dan akhirnya sampai ke laut. Inilah jugapenyebab pulau Bali memiliki keunikan di dalam bidang pertanian dengan sistem subaknya itu. Peradaban pertanian Bali yang terwujud tidak semata-mata sekala namun juga niskala memberikan andil yang cukup besar dalam pembentukan peradaban Bali yang adi luhung itu. Ada sekitar 15 ritual yang dilakukan oleh petani Bali dalam satu siklus pertanian padi sawah, yang patut mendapat perhatian kita semua, termasuk di dalamnya bahwa pertanian telah menyuburkan, memberikan makan berlimpah kepada masyarakat Bali.
Modal budaya dalam menyelamatkan dan menghormati sungai dalam berbagai teks sastra dan kearifan lokal dalam kenyataan tidak nyambung dengan konteks sosial yang kita hadapi sekarang. Banyak sekali sungai telah tercemar, kotor yang disebabkan karena ulah manusia itu. Pencemaran sungai banyak disebabkan karena limbah industri, limbah kegiatan penduduk, limbah peternakan, bahan kimia yang semuannya ini secara timbal balik akan mempengaruhi kesehatan manusia.
Secara lebih luas pencemaran sungai tidak hahya menggangu kesehatan (bau, licin, penumpukan busa dsb), tetapi juga estetika lingkungan. Dalam kearifan lokal sebagai modal budaya kita sudah ada beberapa cara untuk mengatasi persoalan tersebut antara lain: melestarikan hutan di hulu, tidak mem-buang air kotor ke sungai, tidak membuang sampah ke sungai, tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, dan usaha-usaha lain yang termuat di dalam berbagai teks sastra. Usaha-usaha untuk senantiasa melestarikan sungai harus selalau disosialisasi kepada manusia, agar senantiasa ingat kepada kearifan lokal yang kita sudah miliki. Semoga Sungai Saraswati selalu hidup dalam perjalanan hidup sehari-hari di dunia ini.
melakukan pebersihan lainnya karena tempat ini dipercayai sebagai tempat suci. Dalam konteks ini kita bisa memaknai bahwa Dewi Saraswati tidak semata-mata Dewi Pengetahuan tetapi juga Dewi Sungai Suci yang memberikan kemakmuran kepada manusia.
Di dalam kitab Rg-Weda (10.75.5) ada disebutkan demikian:
imam me gauge yamune saraswatu Satudri stomam Sucata parushnya, Asikanya marudvrdhe citastayarjikiye Srmutdya Sushomaya.Menurut kepercayaan Hindu bahwa ada tujuh sungai yang sangat dusucikan yang sering disebut dengan Sapta-Sindhya, Sapta Sindu, atau Sapta Gangga ketujuh sungai ini sangat dikagumi dan dilayani oleh umat Hindu.
Artinya,
Oh Gangga, Yamuna, Saraswati, Satudri dengan Parshi, Marudwridha dengan Asikini, Arjikiya dengan Wirasta dan Sushnoma mendengar doa ini.
Rg-Weda (7.36.6) juga disebutkan demikian,
ayat sakam yasaso vavasnah sarawati saptathi sindhumata, Yah sushvayanta sudughah sudhara abhisveva payasa pipyanan.Ketujuh sungai ini sangat dikagumi sebagai ibu (feminim) yang memberikan kemakmuran kepada umat manusia. Ibu, Sungai Suci Saraswati adalah sungai yang paling sering disebut dalam berbagai teks ajaran agama Hindu.
Artinya:
mudah-mudahan (sungai) ketujuh, Saraswati, ibu sungai Sindhu dan sungai-sungai yang mengalir deras dan menyuburkan memberikan makanan berlimpah, dan memberikan makanan (kepada orang-orang) dengan air mereka, datang pada suatu saat bersama-sama).
Rsi Wasistha dalam himne beliau yang termuat dalam Rg-Weda menyebutkan tentang keagungan dan kesucian air sungai Saraswati sebagai berikut:
Ayatsakam yasaso vavasanah Saraswati saptathi sindhumata/ Yah susvayanta sudughah sudhara abhiswa-ne payasa pipyanah//. Artinya: Saraswati mengalir untuk masa tua. Air alirannya Nampak seperti kain putih dirajut dengan benang reputasinya. Ia adalah sungai dan ibu dari enam sungai. Airnya dikatakan sebagai penuh dengan susu bagi anak-anaknya tanahnya. Ia sangat bahagia dengan aliran arusnya//.Dalam konsep dan kekaguman masyarakat Hindu di Bali kepada Sapta Gangga, atau Sapta Tirtha lebih diwujudkan dalam kehidupan dan ke dalam diri manusia (sungai yang ada dalam diri). Dalam berbagai kitab suci yang dipakai pedoman oleh para wiku di Bali, terutama dalam kitab Jnana Siddhanta dengan jelas disebutkan demikian:
Manas tu Narmada-tirtham buddhih Sindhus tat-haiva ca/ Kanthamule sthita Gangga Jihva-tirtha Saraswati//.Penghormatan dan kekaguman masyarakat Bali terhadap konsep Sapta Gangga dan Sapta Tirtha, yang diwujudkan dalam berbagai mantra yang diujurkan oleh para wiku memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku umat untuk mencintai dan menghormati sungai, baik yang ada dalam diri maupun yang ada dalam alam semesta ini.
Artinya: pikiran (manah) merupakan air suci sungai Narmada, budhi adalah air sungai suci sungai Sindhu, pada dasar tenggerokan terdapat air suci Gangga, dan lidah adalah air suci sungai Saraswati.
Nasas cairavati caiva Nadisrestha va caksusi/ Siva prsha ca strotre ca sapta tirthah prakirtitah//.
Artinya: hidung adalah Airawati, mata adalah Nadisrestha, dan telinga adalah Sivaprstha; semuanya itu disebut Sapta Tirtha.
Dilihat dari tofografi pulau Bali yang sangat indah ini, dibelah oleh bentangan pegunungan dan gunung suci yang berada di tengah-tengah pulau, dari pegunungan dan gunung yang lestari inilah mengalir air sungai keberbagai penjuru daratan yang ada di Bali dan akhirnya sampai ke laut. Inilah jugapenyebab pulau Bali memiliki keunikan di dalam bidang pertanian dengan sistem subaknya itu. Peradaban pertanian Bali yang terwujud tidak semata-mata sekala namun juga niskala memberikan andil yang cukup besar dalam pembentukan peradaban Bali yang adi luhung itu. Ada sekitar 15 ritual yang dilakukan oleh petani Bali dalam satu siklus pertanian padi sawah, yang patut mendapat perhatian kita semua, termasuk di dalamnya bahwa pertanian telah menyuburkan, memberikan makan berlimpah kepada masyarakat Bali.
Modal budaya dalam menyelamatkan dan menghormati sungai dalam berbagai teks sastra dan kearifan lokal dalam kenyataan tidak nyambung dengan konteks sosial yang kita hadapi sekarang. Banyak sekali sungai telah tercemar, kotor yang disebabkan karena ulah manusia itu. Pencemaran sungai banyak disebabkan karena limbah industri, limbah kegiatan penduduk, limbah peternakan, bahan kimia yang semuannya ini secara timbal balik akan mempengaruhi kesehatan manusia.
Secara lebih luas pencemaran sungai tidak hahya menggangu kesehatan (bau, licin, penumpukan busa dsb), tetapi juga estetika lingkungan. Dalam kearifan lokal sebagai modal budaya kita sudah ada beberapa cara untuk mengatasi persoalan tersebut antara lain: melestarikan hutan di hulu, tidak mem-buang air kotor ke sungai, tidak membuang sampah ke sungai, tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai, dan usaha-usaha lain yang termuat di dalam berbagai teks sastra. Usaha-usaha untuk senantiasa melestarikan sungai harus selalau disosialisasi kepada manusia, agar senantiasa ingat kepada kearifan lokal yang kita sudah miliki. Semoga Sungai Saraswati selalu hidup dalam perjalanan hidup sehari-hari di dunia ini.
Comments
Post a Comment