Caru
untuk menanamkan nila-nilai luhur dan spiritual kepada manusia agar selalu menjaga dan merawat alam dan lingkungan sekitarnya. Masyarakat Bali percaya bahwa jika manusia merusak alam dan lingkungan, maka suatu saat nanti manusia akan dibinasakan oleh alam. Dan dijelaskan pula bahwa, Caru (Mecaru; Pecaruan; Tawur) sebagai upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari sebagai bagian dari upacara Butha Yadnya, Dengan demikian, upacara mecaru adalah aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti yang disebutkan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan. Upacara pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma, sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma. Jenis-jenis Caru dan Tawur: Caru Palemahan Bumi Sudha berfungsi untuk mengharmoniskan sebuah tempat. Dalam Lontar Dewa Tattwa membedakan jenis-jenis Caru dan Tawur sebagai berikut:
- Yang diadakan bila ada kejadian tertentu misalnya: bencana, bencana alam, hama penyakit, gerhana matahari, huru-hara, perang, dll.
- Yang diadakan: sehari-hari, hari tertentu, sasih (bulan) tertentu, dan warsa (tahun) tertentu.
- Yang diadakan disuatu tempat: pekarangan, rumah, pura, sanggah, Banjar, Desa Adat, seluruh pulau (Bali), seluruh dunia, danau, laut, hutan, gunung, dll.
- Mengikuti upacara pokok Panca Yadnya.
Yang termasuk Caru :
- Caru Eka Sata
- Caru Panca Sata
- Caru Rsi Ghana
- Caru Penolak Mrana/ Gering Tempur
- Caru Panca Sanak Madurgha
- Caru Bhuta Yadnya Medana-dana/ Gempong Asu
- Caru Panca Sanak Agung
- Caru Panca Wali Krama
- Caru Panca Kelud
- Caru Walik Sumpah
- Caru Tawur Gentuh
- Caru Tawur Agung
- Tawur Eka Dasa Rudra
CARU EKA SATA
Jenis-jenis caru eka sata :- Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
- Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
- Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
- Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh dan kakinya kekuning-kuningan
- Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )
- Menyertai Piodalan
- Perombakan suatu tempat/hutan
- Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
- Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll
1. Mempersiapkan Olahan ayam
- Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya” Artinya,Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.
- Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala. Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat blulang ayam/walung malayang-layang)
- Dagingnya diolah menjadi :
- Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok
- Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon
- Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;
- KaranganAlasnya : sebuah taledan Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 buah, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi dengan nasi sokan, berisi lekesan. Sampyan : sampyan nagasari
- KawisanAlasnya : sebuah taledan Isinya : urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 buah, sate calon 2 buah, lalu dilengkapi dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan. Sampyan : canang genten
- BayuhanAlasnya : sebuah taledan Isinya : urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka. Sampyan : sampyan metangga/peras
- KetenganAlas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya Isinya : nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis 1 bh. Sampyan : canang genten
2. Tetandingan banten tambahan :
- Segehan cacahan.Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang jahe dan garam serta adeng, diatas nya dilengkapi canang genten.
- Cau dananBentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya, masing-masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah sampyan plaus
- Tulung sangkurAlasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah, dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus
- Takep-takepanTakep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip pengiderannya
- KalakatAnyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas layang-layang hewan korban
- Daun talujunganUjung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai alas layang-layang
- Sebuah kwangenYang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya
- Sanggah pesaksi Sanggah SuryaDihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten
- Sanggah cucukDihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-gantungan
- SengkwiDianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru
- Kain berwarnaWarnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk
- TetimpugTerdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat (3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali
- SapuSebagai alat pembersih
- TuludSebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah
3. Tata cara Pengaturan Susunan Caru
- Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut. Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati Letakkan di bawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga
- Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi dengan tikar kecil. Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak, berem, tuak dan toya. Letakkan banten didalam sanggah cucuk antara lain : tumpeng danan, tadah sukla, canang lengawangi
- Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi nasi wong-wongan berwarna brumbun.
- Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng yaitu :
- Tumpeng putih 5 buah di timur
- Tumpeng merah 9 buah diselatan
- Tumpeng kuning 7 buah di barat
- Tumpeng hitam 4 buah di utara
- Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng, sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung
- Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta caru, tirta pabyakalan. Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara
- Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
CARU PANCA SATA
Kekuatan perlindungan dari caru Panca Sata sesuai dengan penjelasan Kala Tattwa yaitu selama satu tumpek (35 hari) Perlengkapannya sama dengan caru eka sata namun dibuat 5 tanding dasar caru dimana warna dan jumlah segehan dllnya sesuai dengan pengidernya Tata cara pengaturannya :- Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut. Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga
- Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan 5 buah sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi dengan tikar kecil. Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak, berem, tuak dan toya anyar Letakkan banten didalam sanggah cucuk antara lain : banten peras, tulung sayut, ajuman/soda
- Dibawah masing-masing sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman sebagai jumlah urip pengidernya, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun talujungan, laying-layang ayam (dengan warna sesuai pengider-ider), sebuah kwangen berisi uang sesari sejumlah kepengnya sesuai urip pengider-ider dilengkapi banten tumpeng dimana jumlah dan warna tumpeng sesuai dengan pengider-ider.
- Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng, sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung
- Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta caru, tirta pabyakalan. Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara
- Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
CARU RSI GHANA
Terdiri atas :- Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan
- Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun
- Salah satu keluarga mengalami salah pati atau ngulah pati
- Salah satu bangunan disambar petir
- Kemasukan orang gila
- Bangunannya kejatuhan pohon besar hingga cacat
- Kebanjiran atau dihanyutkan banjir besar
- Menjadi tempat orang mengamuk, perang, berkelahi
- Kebakaran
- Kemasukan binatang besar
- Kemasukan bhuta kala
- Suasana keluarga memanas dan keruh
Rsi Ghana Alit
Nanceb sanggah tuttwan Upakaranya terdiri dari : suci, rantasan, uang sesari 1700 Pada depan natar atau halamannya merajah Padma astadala sebagai tempat Caru Rsi Ghana Di dahului dengan membuat lubang ditanah lalu ditaburi tepung untuk membuat rerajahan Padma Asta Dala- Pada arah timur aksara sucinya Sa =
- Pada arah selatan aksara sucinya Ba =
- Pada arah barat aksara sucinya Ta =
- Pada arah utara aksara sucinya A =
- Pada arah tenggara aksara sucinya Na =
- Pada arah barat daya aksara sucinya Ma =
- Pada arah barat laut aksara sucinya Si =
- Pada arah timur laut aksara sucinya Wa =
- Di madya atau tengah-tengah aksara sucinya Ya =
- Alasnya menggunakan tamas agak besar berisi nasi pangkonan 9 buah dialasi plawa / daun nagasari yang masing-masing berisi rerajahan aksara suci, sebagai berikut :
- Plawa di timur dirajah Ong =
- Plawa di selatan dirajah Ang =
- Plawa di barat dirajah Reng =
- Plawa di utara dirajah Si =
- Plawa di tenggara dirajah Ga =
- Plawa di barat daya dirajah Na =
- Plawa di barat laut dirajah Ba =
- Plawa di timur laut dirajah Wa =
- Plawa di tengah dirajah Ma =
- Lalu pada masing-masing nasi pengkonan ditancapi setangkai bunga teratai dan diberi ulam seekor itik/bebek putih yang diolah selengkapnya tanpa memakai sate / jajatah.
- Caru pada halaman/natar memakai caru Panca Sata Malayang-layang dengan masing-masing dialasi kelabang maikuh sesuai dengan urip dan warna pengider-ider Kelengkapan caru lainnya yaitu : sesayut pengambyan, pangulapan, prayascita luwih, tumpeng agung maulam guling itik putih, daksina, dan kelimanya memakai uang sasari 5555, sebuah pane anyar berisi nasi ketengan sesuai jumlah urip pancawara Nasi pujungan masing-masing 1 bh.
- Khusus untuk caru yang ditengah, dilengkapi suci 1 soroh, sesayut durmenggala, panca kelud, peminyak kala, pemangguh pamali
- Di sanggah Kemulan terdiri atas : suci 1 soroh selengkapnya
- Untuk pemimpin upacara : suci 1 sorog, penglukatan, peras lis, tatimpug yang nantinya jika sudah selesai upavcara harus ditananm di natar/halaman merajan
- Kepada yang ngerajah natar, upakaranya berupa daksina dengan sesari 125 Kepada yang negrajah daun plawa/nagasari diberi daksina dengan sesari 77
- Mendirikan sanggar tutwan memakai penjor tiying gading berisi 2 kober rerajahan Ghana membawa bajra dan satu lagi Ghana membawa Gada, dilengkapi dengan daun beringin satu cabang ditempatkan diarah timur laut serta daunnya yang merajah Cakra ditempatkan didepan sanggar tuttwan. Upakaranya : suci 2 soroh lengkap, tumpeng adanan, peras, daksina berisi sesari 1700, canang lengawangi buratwangi.
- Pada natar atau halaman merajah padma asta dala, aksara suci rerajahannya :
- Selanjutnya diletakkan caru Rsi Ghana berupa sega atau nasi pangkonan 9 buah dialasi tamas yang besar. Pada masing-masing nasi pangkonan dialasi daun nagasari marajah aksara suci : Pada nasi masing-masing ditancapi bunga tunjung dengan ulamnya memakai seekor itik diolah lengkap tanpa sate / jajatah.
- Carunya menggunakan Caru Panca Sata ayam melayang-layang winangun urip dialasi sengkwi. (sama dengan susunan caru panca sata seperti diterangkan diatas)Upakaranya terdiri dari : tumpeng adandanan ditengah daksina gede berisi sesari 500, masing-masing dilengkapi dengan bayuhan, peras, penyeneng, sesayut pengambean. Untuk sanggah cucuk yang ditengah disertai suci 1 soroh, gelar sanga, nasi segau, tepung tawar, lis bebuu, tebasan prayascita luwih, durmenggala, prayascita, sebuah pane anyar, kukusan, dangdang, sibuh pepek, tatimpug, sujang masing-masing 4 bh dan pada sanggah cucuk berisi tuak, arak, berem, toya anyar.
- Upakara pada tempat pemujaan : 1 soroh suci lengkap, sarana penglukatan, daksina berisi sesari 1.100.
- Daksina sang ngerajah natar, uang sesarinya 125 Daksina sang ngerajah daun nagasari, uang sesarinya 100
RSI GHANA AGENG
Tata cara pengaturannya :
- Sama dengan Rsi Ghana Madya, carunya menggunakan caru Panca Sata Ayam melayang-layang ditambahkan dengan Caru Asu Bang Bungkem yang diletakkan ditengah-tengah caru Panca Sata. Khusus pada caru asu bang bungkem melayang-layang harus dialasi dengan sengkwi maikuh. Olahan dagingnya dibuatkan urab barak-urab putih, sate lembat, sate asem, sate calon agung, dan ulam karangan.Pengaturan tetandingannya : Sate lembat, sate asem masing-masing 33 biji dijadikan 33 bayuhan lalu dijadikan 3 sengkwi, dilengkapi dengan ulam karangan 1, calon agung sesuai dengan jumlah urip pengiderannya. Nasi/sega 33 dan takep-takepan, lis, sanggahurip masing-masing. Canang brakat manca desa, rantasan 5 warna , sekar / bunga 5 warna, jun pere berisi toya anyar manca desa, alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, benang tetetbus, rarakih masing-masing
- Pada tempat pemujaan untuk pemuput upacara : suci 1 soroh, penglukatan, samsam, bija kuning, soda, peras, lis, bebuu, nasi segau, tepung tawar, sesarik, alas-alasan, benang tetebus 5 warna
- Upakara di sanggar tutwan : daksina berisi uang sesari 5500, peras , sesayut, pengambyan, prayascita luwih, nasi segau, tepung tawar, sebuah pane anyar, kukusan, pangedangan, sebuah sibuh pepek.
CARU PENOLAK MRANA ATAU GERING TEMPUR
Digunakan bila terjadi :- Tertimpa reruntuhan pohon yang besar
- Kemasukan orang mengamuk
- Kemasukan gelap
- Terjadi kebakaran
- Segala jenis kekotoran atau kadurmenggalaan
- Mendirikan sanggar tutwan Upakaranya :
- Suci 2 soroh lengkap
- Tumpeng adandanan, rantasan saperadeg
- Tubungan putih 7 buah, tubungan ijo 7 buah dialasi limas
- Bungkak nyuh gading makasturi
- Canang daksina berisi sesari 1700
- Di sor sanggah Surya Upakaranya : Gelar sanga
- Pada laapan atau asagan , Upakaranya: babangkit asoroh maguling babi
- Pada natar/halaman : Upakaranya : Sebagai dasar menggunakan caru panca sata ayam manca warna lengkap. Tambahan untuk caru yang ditengah : suci asoroh jangkep, prayascita luwih, tebasan durmenggala, sasayut panca kelud, paminyak kala, pamangguh pamali, lis, sanggahurip, dilengkapi canang berkat masing-masing pada kelima tempat itu, rantasan manca warna serta sega manca warna.Pada caru asu bangbungkem seganya 33 lengkap dengan takep-takep dan jun pere berisi toya untuk kelima tempat, berisi alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, tetebus dan rarakih
- Pada tempat pemujaan upakaranya :
- Suci 1 soroh
- Soda, peras
- Penglukatan, samsam, wija kuning, lis bebuu, segau, tepung tawar, sasarik, tetebus panca warna
CARU PANCA SANAK MADURGHA ATAU CARU PANCA SANAK TAWUR MADIA
Digunakan pada :- Kahyangan
- engulun setra
- Pura Dalem
- Sebagai dasarnya menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
- Untuk caru di tengah / madya dilengkapi dengan Bawi butuhan/kucit butuhan/babi jantan.
- Caru ini tidak menggunakan bebangkit walaupun akan ngusaba di sawah
- Caru ini dapat digunakan tetapi nasi caru pada amanca desa/lima tempat memakai sega punjungan 33 sesuai dengan warna pengideran kendatipun dipakai pada Padudusan Alit
- Bila caru ini akan digunakan di desa-desa , harus memohon tirta pamuput caru di pura Dalem, Kahyangan Pengulun setra dan bila digunakan di sawah maka wajib memohon tirta pamuput caru di Pura Bedugul Pangulun Sawah
Yang termasuk Tawur:
- Manca Kelud, berfungsi untuk ngelinggihang dewa di parhyangan.
- Balik Sumpah,
- Tawur Gentuh,
- Panca wali krama,
- Eka Bhuwana,
- Tri Bhuwana,
- Eka Dasa Rudra. dll
- Ayam manca warna, masing-masing untuk: putih – Bhuta Janggitan, biying – Bhuta Langkir, siungan – Bhuta Lembu Kania, hitam – Bhuta Taruna, brunbun – Bhuta Tiga Sakti
- Ayam biying kuning, untuk Bhuta Jingga
- Ayam ijo, untuk Bregala-Bregali, Bebai
- Ayam Ijo, untuk Bhuta Ijo
- Ayam klawu, untuk Bhuta Ireng
- Ayam wangkas, untuk Bhuta Lambukan
- Angsa putih, untuk Korsika
- Asu bang bungkem, untuk Bhuta Hulu Kuda
- Banteng, untuk Bhuta Ijo
- Bawi palen,untuk Mahakala
- Bebek belang kalung, untuk Panca Mahabhuta
- Bebek bulu sikep, untuk Bhuta Lambukan
- Godel, untuk: Gargha, Kapragan, Mrajapati.
- Kambing coklat/kuning, untuk Maitri, Kamala-Kamali, Kala Sweta, Banaspati
- Kambing coklat, untuk Bhuta Jingga
- Kambing selem, untuk Kurusya, Banaspati Raja
- Kambing sewarna, untuk tapakan Bhatara Di Sanggah Tawang
- Kebo yusmerana, untuk Bhuta Ireng
- Kidang, untuk Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, Dengen, Anggapati
- Manjangan, untuk Bhuta Ijo
- Penyu (punggalan), sampelan kebo, sampelan kambing, untuk pelengkap catur niri
- (Tanda bintang artinya ada Bhuta yang sama memerlukan beberapa binatang kurban untuk di-“somya”)
- Kinelet melayang-layang: kepala, kaki, ekor, dan kulit utuh.
- Winangun urip: letak hewan tertelungkup dan ada unsur-unsur tulang rusuk, tulang punggung, tulang kaki dan tulang ekor.
- Urab/Reramesan barak dan putih: berisi daging, lidah, hati, lemak, kulit, darah (kalau reramesan barak) Getih matah: darah segar yang ditampung di sebuah kau ketika menyembelih hewan, diiisi lontar nama hewannya.
- Sate (jejatah) lembat, asem, dan calon disebut Trinayaka sebagai persembahan tubuh hewan termasuk dengan aksara suci Ang – Ung – Mang.
- Gayah: punggalan bawi, winangun urip, mejatah katikan senjata Dewata Nawa Sanga, ditambah mejatah katikan-katikan: bagia, orti, surya candra, tunjung, cempaka, pidpid, sapudaki, konta, japit dumi, oret-oret, satuh, don, jerimpen, ancak, penyeneng, sandat, endongan, satuh, bingin.
Bahan-bahan Upakara dalam Pecaruan (Lontar Sudamala)
Bahan-bahan upakara dalam pecaruan terdiri dari tiga jenis:- Mataya; bahan dari tumbuh-tumbuhan: daun, bunga, buah, pohon, biji-bijian, umbi-umbian, arak berem, tuak.
- Mantiga; hewan yang lahir dua kali (melalui telur): ayam, bebek, angsa, burung.
- Maharya; hewan yang lahir satu kali (tidak melalui telur) dan berkaki empat: babi, sapi, kerbau, kambing, anjing.
- Sweta (putih),
- Dumbra (merah muda),
- Rakta (merah),
- Rajata (oranye),
- Pita (kuning),
- Syama (hijau),
- Kresna (hitam),
- Biru (abu-abu),
- dan sarwa suwarna (campuran)
- Putih: suci;
- Merah-muda: kesucian yang ternoda oleh kemarahan;
- Merah : marah;
- Oranye: marah karena nafsu tak terpenuhi;
- Kuning: nafsu;
- Hijau: serakah;
- Hitam: iri-hati;
- Abu-abu: iri-hati yang terselubung.
- Guru urip 8 di tenggara,
- Rudra urip 3 di barat daya,
- Kala urip 1 di barat laut
- dan Sri urip 6 di timur laut.
Comments
Post a Comment